
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
B. Rumusan Masalah
1. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Oksigenasi
2. Proses Oksigenasi
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
4. Jenis Pernapasan
5. Masalah Kebutuhan Oksigenasi
6. Tindakan untuk Mengatasi Kekurangan Oksigen
C. Tujuan
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui tentang pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. (Uliyah, Musrifatul. Hidayat, A. Azis Alimul, 2008)
B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Oksigenasi
Sistem pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi sistem terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah, dan paru-paru.
1. Saluran pernapasan bagian atas
saluran ini berfungsi dalam menyaring, menghambat, dan melembabkan udara yang dihirup.
a. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada hidung terdapat nares anterior yang mengandung kelenjar sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke rongga hidung, sebagai bagian hidung lainnya, yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada di dalam vestibulum (sebagai bagian dari rongga hidung), kemudian udara tersebut akan dihangatkan dan dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu: nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring (di belakang laring).
c. Laring(Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring. Laring terdiri atas bagian dari tulang rawan yang di ikat bersama ligamen dan membran dengan dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menelan.
2. Saluran pernapasan bagian bawah
Saluran berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan, yang terdiri atas:
a. Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebraeta torakalis kelima. Trakea memiliki panjang kurang lebih 9cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap yang berupa cicin. Trakea di lapisi oleh selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkhus
Bronkhus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkhus kanan dan kiri. Bronkhus bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri. Bronkhus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkhus.
3. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Peru-paru terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru-paru terdiri atas dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung yang berbentuk kerucut beserta pembuluh darahnya. Bagian puncak paru-paru disebut dengan apeks.
Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang di selaputi oleh pleura. Pleura tersebut ada dua macam yaitu pleura parietalis dan pleura viselaris. Diantara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Keberadaan cairan tersebut di tujukan untuk melindungi paru-paru. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis dan berpori. Paru-paru berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
C. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi.
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat Complience tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial( keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan).Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, Latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
a. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, Hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotsransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan norodrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergenik dan reseptor kolinergik.
Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.
b. Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan , bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain.
c. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan.
d. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
e. Perilaku
Faktor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi).
E. Jenis Pernapasan
a. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.
F. Masalah Kebutuhan Oksigen
- Hipoksia
- Perubahan pola pernapasan
2. Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per menit.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.
4. Kusmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic.
5. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis,*lumpuhnya otot-otot pernafasan, defresi pusat pernafasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru, dan toraks, sertta penurunan compliance paru dan toraks.
6. Dispnea, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan
7. Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
8. Cheynestokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9. Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan atah dari keadaan normal, seriong ditemukan pada keadaan atelektasis.
10. Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheynestokes, tetapi amplitudonya tidak teratur.
11. Esteridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan
G. Tindakan untuk Mengatasi Kekurangan Oksigen
1. Latihan nafas
Latihan nafas adalah cara untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memlihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stres.
Prosedur kerja:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c. Atur posisi ( duduk/tidur terlentang ).
d. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik nafas dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup.
e. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan nafas sekitar 1-1,5 detik dan disuse dengan menghembuskan nafas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
f. Cacat respons yang terjadi
g. Cuci tangan.
2. Latihan Batuk Efektif
Ini cara melatihpasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan nafas (Laring, Trakhea, dan bronkhiolus) dari secret atau benda asing
Prosedur Kerja:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
d. Anjurkan untuk menarik nafas , secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernafasan diafragma.
e. Setelah itu, tahan nafas selama kurang lebih 2 detik
f. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
g. Tarik napas dengan ringan
h. Istirahat
i. Catat respons yang terjadi
j. Cuci tangan
3. Pemberian oksigen
Ini merupakan tindakan memberi oksigen dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui 3 cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan alat dan bahan ;
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
b. Nasal kateter, kanula, atau masker
c. Vaselin / lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Cek flowmeter dan humidivier
d. Hidupkan tabung oksigen
e. Atur posisi semi fowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien
f. Berikan oksigen melalui kanula atau masker
g. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga setelah itu beri lubrikan dan masukkan
h. Catat pemberian dan lakukan observasi
i. Cuci tangan.
4. Fisioterapi Dada
Ini merupakan tindakan melakukan postural drainage, clepping, dan fibrating pada pasien dengan gangguan system pernafasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas.
Persiapan alat dan bahan:
a. Pot sputum berisi desinvektan
b. Kertas tisu
c. 2 balik tempat tidur ( untuk postural drainage )
Prosedur Kerja;
Postural drainage
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilaksanakan
c. Miringkan pasien ke kiri ( untuk membersihkan paru-paru kanan )
d. Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan – paru kiri)
e. Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan di sokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah)
f. Lakukan postural drainage kuranglebih 10-15 menit
g. Observasi tanda vital selama prosedur
h. Setelah pelaksanaan postural drainage,dilakukan clapping,vibrating,dan suction
i. Lakukan hingga lender bersih
j. Catat respons yang terjadi
k. Cuci tangan
Clapping
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
c. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
d. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk
e. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada spot sputum
f. Lakukan hingga lendir bersih
g. Catat respons yang terjadi
h. Cuci tangan
Vibrating
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
c. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
d. Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta pasien untuk mengeluarkan napas perlahan-lahan. Untuk itu letakkan kedua tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
e. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot sputum
f. Lakukan hingga lendir bersih
g. Catat respons yang terjadi
h. Cuci tangan
5. Penghisapan lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lender secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan alat dan bahan ;
a. Alat penghisap lender dengan botol yang bersih larutan desinfektan
b. Kateter penghisap lendir
c. Pinset steril
d. Sarung tangan steril
e. Dua kom berisi larutan akuades / NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
f. Kasa steril
g. Kertas tisu
Prosedur kerja;
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
c. Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
d. Gunakan sarung tangan
e. Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap
f. Hidupkan mesin pengisap
g. Lakukan pengisapan lender dengan memasukkan kateter pengisap kedalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
h. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
i. Tarik lender dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
j. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
k. Lakukan hingga lender bersih
l. Cacat respons yang terjadi
m. Cuci tangan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
1. Proses Oksigenasi :
• Transfortasi Gas
• Ventilasi
• Difusi Gas
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
• Saraf Otonomik
• Alergi pada SaluranNapas
• Perkembangan
• Perilaku
• Lingkungan
3. Jenis Pernapasan
• Pernapasan Eksternal
• Pernapasan Internal
4. Masalah Kebutuhan Oksigen
• Hipoksia
• Perubahan Pola Pernapasan
B. Saran
1. Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigen pada Rumah Sakit serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
2. Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami Kebutuhan fisiologis oksigenasi yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat mendasar.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. 2006 .
Jakarta.
Uliyah, Musrifatul. Hidayat, A. Azis Alimul. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Edisi 2. Salemba Medika. 2008. Jakarta.
SESI PERTANYAAN
Sesi pertama kami mulai dengan 3 pertanyaan, yaitu:
1. Jelaskan Hipoksia lebih detail? ( pertanyaan dari Eka Restania )
Jawab:
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).
Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
2. Sebut dan jelaskan perubahan pola pernapasan? ( pertanyaan dari Eka Cahya )
Jawab:
a. Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan ateklektasis atau terjadi emboli.
b. Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal kurang lebih 10 kali per menit.
c. Hiperventilasi, merupakn cara tubuh mengonpentasi metabolisme tubuh yang terlampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam.
d. Kussmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat di temukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alvealor, serta tidak cukupnya jumlah oksigen.
f. Dyspnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan ynag di sebabkan perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan.
g. Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas dalam posisi duduk atau sering di temukan pada seseorang yang mengalami kongesif paru-paru.
3. Bagaimana cara kerja saraf otonom? ( Lina Sefi )
Jawab:
dalam syaraf otonom terdapat rangsangan simpatis dan para simpatis, yang ujung syarafnya dapat mengeluarkan neuro transmiter, untuk simpatis mengeluarkan nuradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokontriksi.
Sesi ke dua kami mulai dengan membuka 2 pertanyaan, yaitu:
1. Faktor apa yang mempengaruhi transportasi gas?(Ida F)
Jawab:
a.kardiak output (curah jantung), dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung
b. Kondisi pembuluh darah latihan dan aktivitas seperti olahraga
2. Jelskan pengaruh perkembangan terhadap oksigenasi?(Hismiana)
Jawab:
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi karena fungsi organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak, sehingga kematangan organ terjadi seiring dengan bertambahnya usia.