Makalah Perdarahan antepartum - Carinfomu
News Update
Loading...

Wednesday, 21 January 2015

Makalah Perdarahan antepartum



PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan.[1] Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.

Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.[2]
B.     Jenis-jenis Perdarahan Antepartum
a.      Solusio Placenta
Solusio placenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir.[3]
Penyebab primer solusio placenta belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya yaitu :
1.    Faktor trauma : dekompresi uterus,tarikan pada tali pusat yang pendek,jatuh dll.
2.    Faktor usia ibu (makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun)
3.    Kebiasaan merokok
4.    Riwayat solusio plasenta sebelumnya
5.    Uterus yang sangat mengecil
6.    Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior. [4]
Tanda dan gejala solusio placenta adalah :
1.      Perdarahan pervaginam
2.      Nyeri tekan uterus atau nyeri punggung
3.      Kontraksi berfrekuensi tinggi
4.      Distres janin
5.      Hipertonus uterus
6.      Persalinan prematur idiopatik
7.      Janin meninggal.[5]
      Diagnosis
Pemeriksaan fisik
1.      Anamnesis. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2.      Inspeksi. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu)
3.      Palpasi. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4.      Auskultasi. Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian
5.   Pemeriksaan dalam, namun jarang dilakukan karena bisa memicu perdarahan yang lebih hebat.
Pemeriksaan laboratorium
1.      Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
2.      Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia
Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain : Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta.[6]
Penatalaksanaan
1. Pemberian transfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar
b.      Plasenta previa
        Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari osteum uteri internum (pembukaan jalan lahir).[7]
        Penyebab primer plasenta previa belum diketahui pasti, namun ada teori lain mengatakan salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim, perempuan perokok, dan multiperitas.[8]
Tanda dan gejala
1.      Perdarahan tanpa nyeri. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun, baru waktu ia bangun ia baru merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke 7.
2.      Kepala anak sangat tinggi, karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul. [9]
                          Pemeriksaan diagnostik
1.      Anamnesis. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.
2.      Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
3.      Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
4.      Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.
5.      Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif. Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin, 2001). [10]
Penatalaksanaan
1.Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati
c.       Vasa previa
             Vasa previa adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah. [11]
Etiologi
             Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan kematian janin.
Maninfestasi klinik
- Dapat timbul perdarahan pada kehamilan 20 minggu
- Darah berwarna merah segar
- Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)
Diagnosa
             Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum.
Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.
Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan plasenta
Pemeriksaan penunjang
1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.
2. Kardiotokografi: kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap.
Penatalaksanaan
Tergantung pada status janin.
Bila ada keraguan tentang maturitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi.
Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam
d.      Ruptur Uteri
Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan rongga peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya oleh peritoneum viseralis yang menutupi uterus oleh ligamentum latum (inkomplit).
Etiologi
1.      Rupture uterus spontan (Fraser dab Cooper,2009;h.593)
a.       Paritas tinggi
b.       Pengunaan prostaglandin untuk menginduksi persalinan , pada ibu yang memiliki eskar.
c.      Persalinan macet; rupture uteri terjadi akibat penipisan yang berlebihan pada segmen bawah uterus.
d.       Persalinan terabaikan, dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya.
e.       Perluasan laserasi serviks yang berat ke atas menuju segmen bawah uterus –hal ini dapat terjadi akibat trauma selama pelahiran dan tindakan.
f.      Trauma akibat cedera ledakan atau kecelakaan.
Tanda dan Gejala :
a)    Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak.
b)   Penghentian  kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.
c)    Perdarahan vagina (dalam jumlah sedikit atau hemoragi).
d)   Tanda dan gejala syok : denyut nadi meningkat (cepat dan terus menerus): tekanan darah menurun : pucat, dingin,kulit berkeringat,gelisah, sesak (napas pendek), ketidakberdayaan, dan gangguan penglihatan
e)    Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu.
f)    Bagian presentasi dapat di gerakkan di atas rongga panggul
g)   Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan Denyut Jantung Janin sama sekali tidak terdengar atau masih dapat di dengar.
h)   Lingkar uterus dan kepadatannya (kontraksi) dapat di rasakan di samping janin(janin seperti berada diluar uterus).
Penatalaksanaan
a.       Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus sebelum pembedahan.
b.      Lakukan seksio sesarea, segera lahirkan bayi  dan lahirkan plasenta segera setelah kondisi ibu stabil.


[1] Buku Obstetri Patologi, h.110
[2]Rustam  Moechtar, Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 1998) h. 282
[3] Asuhan kebidanan patologi, h.77
[4] Obstetri Patologi, h.123
[5] F Gary Cunningham at all, William obstetric 21th edition ( United States of America: the mcGraw hill companies, 2009) h.422
[6] Rustam Moechtar, Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 1998) h. 282
[7] Rustam Moechtar, Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 1998) h. 269
[8] Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan (Jakarta : YBP – SP, 2010) h.495
[9]  Obsterti Patologi, h.113-114
[10] Rustam Moechtar, Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 1998)  h.272-274
[11] Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan (Jakarta : YBP – SP, 2010) h.502

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
Our site is getting a little tune up and some love
Done