MAKALAH KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK - Carinfomu
News Update
Loading...

Monday, 12 October 2015

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK

    
 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Ketrampilan Dasar Praktik Klinik ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Ketrampilan Dasar Praktik Klinik yang telah dilaksanakan untuk mengimplementasikan pengetahuan yang kami peroleh.
Penyusunan Makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1.                  Ketua Program Studi Sri Handayani S.Si.T,M.Keb yang telah memberi izin menyelesaikan tugas ini.
2.                  Ibu dosen Suparmi, SST  yang telah memberikan mata kuliah Ketrampilan Dasar Praktik Klinik yang sangat menunjang dalam pembuatan makalah ini.
3.      Teman-teman yang telah banyak membantu sehingga pelaksanaan tugas dan pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Pada pembuatan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangannya, untuk itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


            
                                                                             

 Surakarta,    September 2012

            Penyusun



DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I   PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.         Latar Belakang............................................................................     1
2.         Rumusan Masalah........................................................................     2
3.         Tujuan..........................................................................................     2
4.         Tinjauan Pustaka..........................................................................     2
BAB II     ISI...................................................................................................... 3
BAB III   PENUTUP.......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA












BAB 1
PENDAHULUAN
1.                  LATAR BELAKANG
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai ketegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan.
Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi sehari 5 kali.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda.
Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawatan harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

2.      RUMUSAN MASALAH
1.                  Sistem tubuh apa yang berperan dalam proses eliminasi urine ?
2.                  Bagaimana proses berkemih?
3.                  Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi?
4.                  Apa saja gangguan eliminasi urine dan fekal?
5.                  Apa saja tanda dan gejala gangguan pada sistem eliminasi?

6.                  TUJUAN
1.                  Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi urine
2.                  Mengetahui proses berkemih
3.                  Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi
4.                  Mengetahui gangguan eliminasi urine dan feka
5.                  Mengetahui tanda dan gejala gangguan pada sistem eliminasi

6.                  TINJAUAN PUSTAKA
Dalam makalah ini kami menggunakan buku-buku dan beberapa sumber dari internet sebagai rujukan.


BAB II
ISI

1.                  Organ yang Berperan dalam Eliminasi Urine
Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
1.         Ginjal
       Ginjal merupakan organ retro peritoneal yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine disalurkan kedalam bagian pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

2.         Kandung kemih (bladder, buli-buli)
       Merupakan sebuah kantong yang terdiri dari otot halus  yang berfungsi sebagai penampung urine. Dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan otot yang memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk mengeluarkan urine. Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis
c .   Uretra
       Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan  urine ke bagian luar. Pada pria dan wanita fungsinya berbeda yaitu pada pria sebagai tempat pengaliran urine dan sekaligus sebagai sistem reproduksi tetapi pada wanita hanya menyalurkan urine ke bagian luar tubuh
3.                  Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria. Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc pada anak-anak.
            Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan melalui mesula spinalis kepusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebra. Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakra, kemudian terjadi  koneksasi otot detrusor dan relakssasi otot sphincter internal.
            Urine dilepasskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan spinter eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi spinter eksternal san urine kemungkinan dikeluarkan (berkemih).

4.                  Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine:
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Sosial kultural
c. Psikologis
d. Kebiasaan seseorang
e. Tonus otot dan tingkat aktifitas
f. Intake cairan dan makanan
g. Kondisi penyakit
h. Pembedahan
i. Pengobatan
j. Pemeriksaan diagnostis

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI ALVI
a) Usia
Pada usia bayi control defiksasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula control defeksasi menurun.
b) Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempercepat proses defeksasi.
c) Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi keras, disebabkan karena absorpsi cairan meningkat.

d) Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.
e) Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic sehingga menyebabkan diare.
f) Posisi selama defeksasi
Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defeksasi. Toilet modern di rancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot – otot pahanya (Wartonah , 2004).
4.  Gangguan Eliminasi Urine dan Fekal
A. Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selangka teter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.

Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a.  Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b.  Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c.  Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e.  Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
f.  Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine


B. Gangguan Eliminasi Fekal
Gangguan  eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau  berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi  gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai kekolondesenden dengan menggunakan kanulrekti.


Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:
a.  Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
b.  Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
c.  Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.
e.  Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
f.  Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

5.    Tanda dan Gejala pada Sistem Eliminasi
Tanda dan gejala
1.  Tanda Gangguan Eliminasiurin
a.  Retensi Urin
1). Ketidaknyamanandaerah pubis.
 2). Distensidanketidaksanggupanuntukberkemih.
3). Urine yang keluardengan intake tidakseimbang.
4). Meningkatnyakeinginanberkemihdanresah
5).  Ketidaksanggupanuntukberkemih
b. Inkontinensiaurin
1). Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
2). Pasien sering mengompol
     Tanda Gangguan Eliminasi Fekal
a.      Konstipasi
1). Menurunnyafrekuensi BAB
2). Pengeluaranfeses yang sulit, kerasdanmengejan
3). Nyerirektum

b.      Impaction
1). Tidak BAB
2). anoreksia
3). Kembung/kram
4). nyerirektum
c.       Diare
1). BABseringdengancairandanfeses yang tidakberbentuk
2). Isi intestinal melewatiusushalusdankolonsangatcepat
             3). Iritasi di dalam kolon merupakan factor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
 4). Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

d.      InkontinensiaFekal
1). Tidakmampumengontrol BAB danudaradari anus,
2). BAB encerdanjumlahnyabanyak
3). Gangguanfungsispingter anal, penyakitneuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal
e.       Flatulens
1).   Menumpuknya gas pada lumen intestinal,
2). Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
3).  Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f.       Hemoroid
1). Pembengkakan vena pada dinding rectum
2). Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
3). Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
4). Nyeri





         

           BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
               Semoga makalah ini  berguna bagi penulis pada khususnya juga para  pembaca yang budiman pada umumnya.
















DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih,Tri. 2009,KDPK KEBIDANAN Teori dan Aplikasi, Jogjakarta, Nuha Medika.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi.  Terdapat pada : http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-masalah.html
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada: www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan
Andi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum.
Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara







Share with your friends

Give us your opinion

Notification
Our site is getting a little tune up and some love
Done