KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah Ketrampilan Dasar Praktik Klinik ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Ketrampilan Dasar Praktik Klinik
yang telah dilaksanakan untuk mengimplementasikan pengetahuan yang kami
peroleh.
Penyusunan
Makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Ketua
Program Studi Sri Handayani S.Si.T,M.Keb yang telah memberi izin menyelesaikan
tugas ini.
2.
Ibu
dosen Suparmi, SST yang telah memberikan
mata kuliah Ketrampilan Dasar Praktik Klinik yang sangat menunjang dalam
pembuatan makalah ini.
3.
Teman-teman
yang telah banyak membantu sehingga pelaksanaan tugas dan pembuatan makalah ini
dapat berjalan dengan lancar.
Pada
pembuatan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangannya,
untuk itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta,
September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.
Latar Belakang............................................................................ 1
2.
Rumusan Masalah........................................................................ 2
3.
Tujuan.......................................................................................... 2
4.
Tinjauan Pustaka.......................................................................... 2
BAB II ISI......................................................................................................
3
BAB III PENUTUP..........................................................................................
8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi
urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara
progresif terisi sampai ketegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang,
yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau
jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk
berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis,
refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori
dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian
diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal
pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter
interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan
berperan, apakah mau miksi atau ditahan.
Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung
kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang
diusebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada
individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi
sehari 5 kali.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbeda.
Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan
eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan
program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan
fasilitas toilet yang normal lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk
klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.
Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawatan harus mengerti proses
eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
2. RUMUSAN MASALAH
1.
Sistem tubuh apa yang berperan dalam proses eliminasi urine ?
2.
Bagaimana proses berkemih?
3.
Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi?
4.
Apa saja gangguan eliminasi urine dan fekal?
5.
Apa saja tanda dan gejala gangguan pada sistem eliminasi?
6.
TUJUAN
1.
Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi urine
2.
Mengetahui proses berkemih
3.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi
4.
Mengetahui gangguan eliminasi urine dan feka
5.
Mengetahui tanda dan gejala gangguan pada sistem eliminasi
6.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam makalah ini kami menggunakan
buku-buku dan beberapa sumber dari internet sebagai rujukan.
BAB II
ISI
1.
Organ yang Berperan dalam Eliminasi Urine
Organ yang berperan dalam terjadinya
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
1.
Ginjal
Ginjal merupakan organ retro peritoneal
yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal
berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga
menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa
yang tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang
merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta
nefron. Melalui nefron, urine disalurkan kedalam bagian pelvis ginjal kemudian
disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
2.
Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Merupakan sebuah kantong yang terdiri
dari otot halus yang berfungsi sebagai
penampung urine. Dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan otot yang
memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk
mengeluarkan urine. Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan
motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis
c . Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk
menyalurkan urine ke bagian luar. Pada pria
dan wanita fungsinya berbeda yaitu pada pria sebagai tempat pengaliran urine
dan sekaligus sebagai sistem reproduksi tetapi pada wanita hanya menyalurkan
urine ke bagian luar tubuh
3.
Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan
vesika urinaria. Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila
urinaria berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc pada
anak-anak.
Mekanisme berkemih terjadi
karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada
saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan
melalui mesula spinalis kepusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks
serebra. Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula spinalis ke
neuromotoris di daerah sakra, kemudian terjadi
koneksasi otot detrusor dan relakssasi otot sphincter internal.
Urine dilepasskan dari
vesika urinaria, tetapi masih tertahan spinter eksternal. Jika waktu dan tempat
memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi spinter eksternal san urine
kemungkinan dikeluarkan (berkemih).
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine:
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Sosial kultural
c. Psikologis
d. Kebiasaan seseorang
e. Tonus otot dan tingkat aktifitas
f. Intake cairan dan makanan
g. Kondisi penyakit
h. Pembedahan
i. Pengobatan
j. Pemeriksaan diagnostis
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI ALVI
a) Usia
Pada usia bayi control defiksasi belum berkembang, sedangkan
pada usia manula control defeksasi menurun.
b) Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk kedalam tubuh juga mempercepat proses defeksasi.
c) Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi
keras, disebabkan karena absorpsi cairan meningkat.
d) Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat
membantu proses defekasasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses
bergerak sepanjang kolon.
e) Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic
sehingga menyebabkan diare.
f) Posisi selama defeksasi
Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan
defeksasi. Toilet modern di rancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga
memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan
intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot – otot pahanya (Wartonah , 2004).
4. Gangguan Eliminasi Urine dan Fekal
A.
Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang
yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu
tindakan memasukan selangka teter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan
tujuan mengeluarkan urine.
Masalah-masalah
dalam eliminasi urin :
a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urine,
yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen
otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak,
umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam
semalam.
d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
B. Gangguan Eliminasi Fekal
Gangguan eliminasi
fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus
besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk
mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah
tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai
kekolondesenden dengan menggunakan kanulrekti.
Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan
yaitu:
a. Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi
karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat,
tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi
di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol
dan menahan BAB.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara
dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan
kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung
pada perawat.
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan
peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan
gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa
internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan,
gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah
jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan,
maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien,
karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
5.
Tanda dan
Gejala pada Sistem Eliminasi
Tanda dan gejala
1. Tanda
Gangguan Eliminasiurin
a. Retensi Urin
1).
Ketidaknyamanandaerah pubis.
2).
Distensidanketidaksanggupanuntukberkemih.
3). Urine yang keluardengan intake tidakseimbang.
4). Meningkatnyakeinginanberkemihdanresah
5). Ketidaksanggupanuntukberkemih
b.
Inkontinensiaurin
1).
Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
2).
Pasien sering mengompol
Tanda Gangguan Eliminasi Fekal
a.
Konstipasi
1). Menurunnyafrekuensi BAB
2). Pengeluaranfeses yang sulit, kerasdanmengejan
3). Nyerirektum
b.
Impaction
1). Tidak BAB
2). anoreksia
3). Kembung/kram
4). nyerirektum
c.
Diare
1). BABseringdengancairandanfeses yang tidakberbentuk
2). Isi intestinal melewatiusushalusdankolonsangatcepat
3). Iritasi di dalam kolon merupakan
factor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
4). Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan BAB.
d.
InkontinensiaFekal
1). Tidakmampumengontrol BAB danudaradari anus,
2). BAB encerdanjumlahnyabanyak
3). Gangguanfungsispingter anal, penyakitneuromuskuler,
trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal
e.
Flatulens
1). Menumpuknya gas pada lumen intestinal,
2). Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri
dan kram.
3). Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau
anus (flatus)
f. Hemoroid
1). Pembengkakan vena pada dinding rectum
2). Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
3). Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
4). Nyeri
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih,Tri. 2009,KDPK
KEBIDANAN Teori dan Aplikasi, Jogjakarta, Nuha Medika.
Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi.
Terdapat pada : http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-masalah.html
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/
Septiawan,
Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada: www.kiva.org
Sjamsuhidajat.
2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan
Sistem Perkemihan
Andi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum.
Siregar,
c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara