MAKALAH BBL ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR - Carinfomu
News Update
Loading...

Wednesday 7 January 2015

MAKALAH BBL ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul ILMI SOSIAL BUDAYA DASARASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR”.
Terima kasih kepada pembimbing kami Ibu Aulia Kurnianing Putri, SST yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Mengingat penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka kami selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik sehingga makalah ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.






Surakarta,   19 November 2012


Tim Penulis





                                                         

                                                         
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................             ii
Daftar Isi..........................................................................................................                 iii
BAB I
PENDAHULUAN..………………………………………………………..…               1
A.  Latar Belakang..…………………………………………………………              1
B.   Rumusan Masalah..……………………………………………………….                2
C.   Tujuan Penulisan ..……………………………………………………….                 2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………              3
A.    Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan BBL………………...............                        3
B.     Perkembangan Aspek Sosial Budaya pada Masa Sekarang...................                    9
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………                10
A.  Kesimpulan..………………………………………………………………               10
B.   Saran………………………………………………………………………               10
LAMPIRAN..…………………………………………………………………              11
Biografi Sumber Informasi..…………………………………………………                11










BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah berbagai perlakuan yang diberikan pada bayi baru lahir yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan bayi.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk  itu  seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Terutama yang berkaitan dengan aspek sosial budaya pada bayi baru lahir.

B.      Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir?
2. Bagaimana perkembangan aspek sosial budaya tersebut pada masa sekarang?

C.     Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui perkembangan aspek sosial budaya tersebut pada masa sekarang.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Bayi Baru Lahir
Perawatan pada bayi baru lahir merupakan faktor yang menentukan tingkat kesehatan bayi tersebut, terutama perkembangan dan pertumbuhan bayi. Perawatan yang benar serta sesuai dengan standar kesehatan pada dasarnya sangat diperlukan. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan ada yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir.
Mitos-mitos tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Daerah Solo
Sebagian besar masyarakat kota solo sudah banyak yang meninggalkan mitos atau aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir. Namun, masih ada beberapa orang yang mempercayai mitos tersebut. Mitos atau aspek budaya yang masih dipercayai dan diyakini yaitu :
a.       Bayi dibedong agar hangat dan kaki tidak bengkok.
b.      Pemakaian gerita agar bayi tidak kembung.
c.       Pemakaian gelang yang terbuat dari potongan bangle dan dlingo agar bayi tidak terkena sawan (makhluk halus).
d.      Tali pusat bayi yang telah mengering disimpan untuk digunakan pada saat bayi sakit. Cara pemakaiannya adalah dengan memandikan bayi dengan air rendaman tali pusat.
e.       Pemakaian peniti pada pakaian/topi bayi agar selamat dan terhindar dari sawan.
f.       Ari-ari dipendam bersama dengan berbagai piranti (garam, daun waru, benang dan jarum, uang, bunga serta beberapa bumbu tradisional), diberi lampu untuk penerangan serta ditaburi bunga.
g.      Kepala depan bayi (ubun-ubun) diberi bawang merah agar bayi sehat dan mata bayi bisa bening.
h.      Pemakaikan krim/bedak dingin yang terbuat dari beras dan bumbu-bumbu tradisional diseluruh tubuh bayi agar tubuh bayi tidak kepanasan.

2.      Daerah Wirogunan RT 03 RW 02 Kartasura, Sukoharjo
Di daerah Sukoharjo juga masih terdapat mitos-mitos/ aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir. Aspek sosial budaya tersebut meliputi :
a.       Bayi baru lahir segera dimandikan bertujuan untuk membersihkan darah yang menempel pada tubuh bayi . Kemudian dikeringkan menggunakan handuk dan diberi bedak seluruh tubuh serta diberi minyak telon.
b.      Tali Pusat diberi parutan kunyit yang telah dibungkus kassa supaya cepat puput (kering dan lepas). Biasanya dalam waktu sekitar 5 hari sudah puput. Pamakaiannya diganti 2 kali sehari.
c.       Pemakaian gerita untuk menahan tali pusat agar tidak bergeser. Pemakaian gerita dilakukan selama 1 bulan, tetapi ada yang setelah puput di ganti kaos dalam.
d.      Bayi dipakaikan baju kemudian di bedong supaya hangat.
e.       Dipakaikan kopyah yang diberi bawang lanang, blenge yang dipasangkan dengan peniti. Bertujuan agar terhindar dari sawan (makhluk halus).
f.       Setelah selesai perawatan tersebut bayi langsung diberi ASI.
g.      Ditidurkan di tempat tidur yang diberi cermin, tebah dan gunting supaya terhindar dari sawan.
h.      Perawatan ari-ari :
                                            i.            Dikubur bersamaan dengan pensil dan jarum diharapkan supaya bayi tersebut bisa jadi anak yang pintar.
                                          ii.            Untuk bayi perempuan, dipendam di sebelah kiri pintu utama sedangkan untuk bayi laki-laki di pendam di sebelah kanan pintu utama. Hal ini bertujuan sebagai lambang.

3.      Daerah Sragen
Di  Sragen masih terdapat aspek budaya tentang perawatan bayi baru lahir yang masih dipercayai oleh masyarakat sekitar, meliputi :
a.       Bayi baru lahir harus digedong yang dipercaya dapat membuat tulang kaki bayi lurus dan kuat untuk berjalan. Jika  bayi tidak digedong dipercaya dapat membuat kaki bayi bengkok tulangnya.
b.      Bayi baru lahir harus dipakaikan gerita hingga umur 3 bulan dan dilepas jika bayi mulai dapat tengkurap. Karena dipercaya dapat membuat perut bayi menjadi tidak melar, dapat menahan tali pusat sehingga tali pusat tidak menjulur ke bawah, juga untuk kekuatan tulang bayi karena dipercaya tulang bayi baru lahir masih lembek sehingga harus dipakaikan gerita .
c.       Plasenta (ari-ari) bayi baru lahir harus dipendam dan diberi lampu diatasnya sampai plasenta (ari-ari) itu kering. Hal tersebut dipercaya dapat membuat plasenta (ari-ari) terhindar dari incaran kucing atau anjing untuk dimakan. Ada juga yang meyakini supaya plasenta (ari-ari) tidak dikerumuni semut.
d.      Topi bayi baru lahir diberi peniti yang berisi bawang dan blingo (baunya seperti temulawak). Hal tersebut dipercaya dapat menjauhkan bayi dari setan-setan.
e.       Di samping kamar bayi baru lahir diberi bawang, sapu, pisau dan kembang yang dipercaya untuk membuang sawan.
f.       Bayi baru lahir setelah magrib hingga setelah isya’ harus dipangku tidak boleh ditidurkan. Hal tersebut dipercaya supaya bayi tersebut tidak digoda oleh setan karena bayi fikirannya masih kosong tidak seperti kita yang telah terisi ibadah.

4.      Daerah Gebang, Sukodono, Sragen
Cara perawatan pada bayi baru lahir didaerah Gebang, Sukodono, Sragen masih dipengaruhi oleh mitos/aspek sosial yang masyarakat yakini.
a.        Riwayat Dukun
i.        Di tolong oleh seorang dukun(mbah rinem).
ii.      Dukun di dusun tersebut dipilih oleh kepala desa untuk menempuh pendidikan dukun untuk menolong persalinan serta perawatan BBL.
iii.    Bekerja sama dengan Hj. Marsini di tangen gesi sragen.

b.      Perawatan Plasenta
                                                  i.            Pada saat BBL plasenta di potong dengan menggunakan bambu ulung atau kulit bambu yang di tajamkan.
                                                ii.            Plasenta dibersihkan kemudian plasenta di masukkan di dalam bathok dengan posisi telentang bersama dengan beras, garam, di taburin abu halus tutup dengan kertas lalu dipendam diberi penerang selama 40 hari. (Tradisi ini dilakukan sudah sejak zaman nenek moyang hingga sekarang).

c.       Perawatan Tali Pusat
                                                  i.            Tali pusat diberi kunir yang dikupas dicuci, dikeringkan kemudian ditumbuk halus. Digoreng dan diberi injet diaduk menjadi satu
                                                ii.            Kemudian disimpan di botol. Penggunaannya menggunakan kapas yang diberi campuran tersebut kemudian ditempelkan di tali pusat,  diganti setiap hari sebagai pengganti betadine.
                                              iii.            BBL di gerita selama 1 bulan agar perut bayi tidak bertambah besar.

d.        Sebelum Menengok/ Melihat Bayi
Siapa pun yang ingin melihat BBL harus menuju ke dapur terlebih dahulu kemudian kaki diayunkan dihadapkan ke api sebanyak 3 kali.

e.       Penangkal Sawan
Pada bayi diberi peniti yang terdapat bawang merah, bawang putih dan dlingu. Pada ibu bawang merah dan bawang putih lanang dan gabah.

5.      Daerah Depok RT 26, Kedawung, Mondokan
a.       Perawatan Plasenta
Dipendam diberi penerang dipendam didekat bayi selama bayi belum puput.
b.      Perawatan Tali Pusat
                                              i.            Kunir diparut ditaruh pada tali pusat.
                                            ii.            Dulu menggunakan jarik sebagai pengganti gurita.
                                          iii.            Hal ini dilakukan agar perut bayi tidak melebar.Masih dibedong agar tubuh bayi hangat.
c.       Perawatan Ubun-Ubun
Ubun-ubun bayi diberi parutan atau tumbukan bawang merah, minyak kayu putih, agar tahan angin.
d.      Panangkal Sawan
Menggunakan peniti dengan ada bawang merah (tergantung kemauan keluarga). Ketika ada pengantin, maka pada bayi diberi bedak pengantin agar terhindar dari sawan (masih berlangsung hingga sekarang)


6.      Karangpelem, Karanganom, Sukodono, Sragen
a.       Perawatan Plasenta
Plasenta di pendam bila bayi laki-laki ditaruh disebelah kanan pintu bila permpuan di kiri pintu. Hal ini dilakukan agar bayi tidak rewel.
b.      Perawatan Tali Pusat
                                            i.            kunir dijemur, dilembutkan, disaring, ditempelkan pada tali pusat.
                                          ii.            Masih memakai gurita agar perut bayi tidak besar.
                                        iii.            Bayi dibedong agar hangat, tidak banyak bergerak dan tidak banyak rewel selama 1bulan.
                                        iv.            Menggunakan gurita tergantung pada kondisi bayi agar tali pusat tidak hilang selama 1minggu.
c.       Penangkal Sawan
                                            i.            Ubun-ubun diberi bawang putih, bawang merah, dan dlingu untuk menolak sawan sampai bayi bisa tengkurep atau bisa menggunakan gelang yang rangkaiannya diselingi bawang putih.
                                          ii.            Pada saat bayi baru lahir bersamaan dengan adanya pengantin baru maka bayi tersebut diberikan bedak manten.
d.      Pemandian Bayi
                                            i.            Bayi yang belum puput dimandikan pada saat pagi hari tetapi apabila sudah puput dimandikan pada pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan agar bayi tidak pilek.
                                          ii.            Bayi setelah puput diurut agar bentuk kepala bagus, tidak rewel, sembuh capeknya.

7.      Daerah Boyolali
a)      Setelah lahir ari-ari bayi di cuci bersih kemudian di masukkan ke dalam wadah, di beri garam, bumbu empon-empon, dan bumbu dapur dibungkus kain warna warni (supaya bayi jika memakai  baju selalu cocok), diberi bunga lalu di tutup, dipendam.
b)      Setelah BBL dimandikan diambilkan degan lalu diberi pada BBL untuk dijilat-jilat supaya anak tidak cepat rewel,  sebagai ganti bila ASI belum keluar.
c)      BBL harus digedong Karena dipercaya berguna untuk membentuk postur tangan dan kaki yang lurus dan bagus, kemudian supaya mempercepat proses berjalan dan untuk menghangatkan tubuh si bayi.
d)     Dikamar/didekat si bayi diberi sapu lidi yang ujung-ujung sapunya diberi cabai, bawang merah, bawang putih dan sebagainya karena menurut kepercayaannya bahwa sapu lidi diberi cabai, bawang merah dan sebagainya  itu disebut  gaman sewu yang dipercaya bahwa apabila bayi tersebut akan di ganggu makhluk halus itu tidak bisa karena adanya benda tersebut.
e)      Pada acara puputan adat yang ada di desa tersebut adalah mbah dukun  diberi beras, gula, teh, kinang, dan uang.
f)       Apabila kepala (ubun-ubun) si bayi diberi brambang/bawang merah dan puyang, dipercaya supaya ubun-ubun si bayi cepat keras.
g)      Apabila ibu setelah melahirkan dijidatnya dikasih pilis karena dipercaya, ibu tersebut apabila melihat matanya tidak buram.
h)      Tali pusat bayi dikasih njet dan kunyit dipercaya supaya tidak infeksi dan supaya cepat puput/lepas tali pusatnya.
i)        Apabila seorang bayi baju dan topinya diberi dingobengkle dan pulo waras maka, dipercaya apabila si bayi tersebut di ajak bepergian tidak terkena sawan.
j)        Budaya di desa tersebut apabila menengok BBL harus diam, tidak boleh berbicara sesuatu tentang ibu bayi tersebut karena dipercaya apabila berbicara tentang ibu bayi apa yang kita bicarakan itu akan mengenai/imbasnya akan kena ke kita sendiri (contohnya apabila kita berbicara bahwa payudara si ibu itu besar, nanti kalau kita pulang dari rumah si ibu tersebut payudara kita akan menjadi sakit).
k)      Apabila ada seseorang yang menikah bayi dimintakan bedak pengantin tersebut di percaya supaya bayi tersebut tidak terkena sawan dan apabila bayi tersebut perempuan supaya bayi tersebut cantik seperti pengantin perempuannya dan apabila bayinya laki-laki supaya ganteng/tampan seperti pengantin laki-lakinya.
l)        Apabila BBL diberi bedak dingin supaya bulu kalong/bulu halusnya cepat hilang.
m)    Rambut bayi  sering digunduli karena dipercaya bahwa dengan rambutnya digunduli itu kepalanya tidak gatal-gatal.
n)      Apabila akan menengok BBL harus ke dapur terlebih dahulu. Dipercaya supaya apabila ada sesuatu/makhluk halus yang mengikuti kita tidak ikut ke kamar/tempat bayi berada karena makhluk halus takut dengan panas api.

B.     Perkembangan Aspek Sosial Budaya tersebut pada Masa Sekarang
Aspek  sosial pada bayi baru lahir tersebut merupakan kebudayaan yang turun temurun. Budaya tersebut masih berlangsung hingga saat ini, tetapi hanya sebagian orang yang melakukannya tergantung pada permintaan keluarga. Hal tersebut karena masyarakat telah mengikuti perkembangan zaman.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masyarakat masih mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan ada yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir.
B.     Saran
Sebagai masyarakat yang baik seharusnya cermat dalam memilih perawatan BBL. Aspek-aspek sosial budaya yang membahayakan bagi kesehatan BBL seharusnya tidak dilakukan.

























  LAMPIRAN
Biografi sumber informasi

1.      Daerah wawancara : Kota Solo
Nama kecil                  : Mbah Salbiyatun
Nama sekarang            : Citro Suparto
Alamat                                    : Priyobadan, RT 02 RW 02 Timuran, kecamatan banjarsari
Pekerjaan                     : penjual buah

            Nama                           : Ibu Supartilah
            TTL                             : Banyuwangi, 28 Desember 1966
            Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
            Anak                           :4
Alamat                                    : Perum Akasia B 1 Jalan Lampo Batang Utara, Mojosongo,

2.      Daerah wawancara   : Kota Sukoharjo
Nama                           : Ibu Desi
Alamat                                    : Bonoloyo, Kadipiro, Solo
Pekerjaan                     : ibu rumah tangga
Daerah wawancara      : Wirogunan, Kartasura, Sukoharjo

Nama                           : Ibu Wahyuni
Alamat                                    : Wirogunan RT 03 RW 02 kartasura, Sukoharjo
Pekerjaan                     : ibu rumah tangga

Nama                           : Ibu Jumiyanti
Alamat                                    : Wirogunan RT 03 RW 02 kartasura, Sukoharjo
Pekerjaan                     : ibu rumah tangga

3.      Daerah wawancara : Sragen
Nama                           : Ibu Hesti Pratiwi
Alamat                                    : Karangpandan RT. 05, Sragen
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
TTL                             : Sragen, 18 Agustus 1991
Nama Bayi                  : Nayla
Jenis kelamin bayi       : Perempuan
TTL bayi                     : 6 Oktober 2012

Nama                           : Ibu Nurul
Alamat                                    : Karangpandan RT. 05, Sragen
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
TTL                             : Sragen, 22 November 1991
Nama Bayi                  : Olivia
Jenis kelamin bayi       : Perempuan
TTL bayi                     : Klaten, 14 Juli 2012

Nama                           : Ibu Warti
Alamat                                    : Karangpandan RT. 05, Sragen
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
TTL                             : -
Nama Bayi                  : Hafizan Visabila
Jenis kelamin bayi       : laki-laki
TTL bayi                     : Sragen, 1 Oktober 2012

4.      Daerah wawancara : Sukodono
Nama                           :Mbah Rinem
Usia                             :±75Th
A
lamat                                    : Gebang, Sukodono, Sragen

Nama                           : Mbah Darsi
Alamat                                    : Karangpelem, Karanganom, Sukodono, Sragen

5.      Daerah wawancara : Kedawung, Mondokan
Nama                           : Ibu Maryani
Usia                             :20th
A
lamat                                    : Depok RT 26, Kedawung, Mondokan
6.      Daerah wawancara : Boyolali
Nama                           : Ibu SutriAsih
Usia                             : : 44
A
lamat                                    : Dk. Sukorejo Rt 09/Rw05 Sukorejo, Musuk, Boyolali


Share with your friends

Give us your opinion

Notification
Our site is getting a little tune up and some love
Done