KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul ILMI SOSIAL BUDAYA DASAR “ASPEK
SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR”.
Terima kasih kepada pembimbing kami Ibu Aulia Kurnianing Putri, SST yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Mengingat penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan,
maka kami selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik
sehingga makalah ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.
Surakarta, 19
November 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar
Isi.......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN..………………………………………………………..… 1
A. Latar Belakang..…………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah..………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan ..………………………………………………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………… 3
A.
Aspek Sosial Budaya
yang Berkaitan dengan BBL………………............... 3
B.
Perkembangan Aspek
Sosial Budaya pada Masa Sekarang................... 9
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………… 10
A. Kesimpulan..……………………………………………………………… 10
B. Saran……………………………………………………………………… 10
LAMPIRAN..………………………………………………………………… 11
Biografi Sumber Informasi..………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat
mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan
berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah berbagai
perlakuan yang diberikan pada bayi baru lahir yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari
atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik
positif maupun negatif terhadap kesehatan bayi.
Menjadi
seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun
mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di
kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan
masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak
mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat.
Ditambah
lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan
mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki
bidan.
Untuk
itu
seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Terutama yang
berkaitan dengan aspek sosial budaya pada bayi baru lahir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan
bayi baru lahir?
2. Bagaimana perkembangan aspek sosial budaya tersebut
pada masa sekarang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan
dengan bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui perkembangan aspek sosial budaya
tersebut pada masa sekarang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Aspek
Sosial Budaya yang Berkaitan
dengan Bayi Baru Lahir
Perawatan pada bayi baru lahir merupakan faktor yang
menentukan tingkat kesehatan bayi tersebut, terutama perkembangan dan
pertumbuhan bayi. Perawatan yang benar serta sesuai dengan standar kesehatan
pada dasarnya sangat diperlukan. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih
mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan ada
yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir.
Mitos-mitos tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Daerah Solo
Sebagian
besar masyarakat kota solo sudah banyak yang meninggalkan mitos atau aspek
sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir. Namun, masih ada beberapa
orang yang mempercayai mitos tersebut. Mitos atau aspek budaya yang masih
dipercayai dan diyakini yaitu :
a.
Bayi dibedong agar hangat dan kaki tidak
bengkok.
b.
Pemakaian gerita agar bayi tidak kembung.
c.
Pemakaian gelang yang terbuat dari
potongan bangle dan dlingo agar bayi tidak terkena sawan (makhluk halus).
d.
Tali pusat bayi yang telah mengering
disimpan untuk digunakan pada saat bayi sakit. Cara pemakaiannya adalah dengan
memandikan bayi dengan air rendaman tali pusat.
e.
Pemakaian peniti pada pakaian/topi bayi
agar selamat dan terhindar dari sawan.
f.
Ari-ari dipendam bersama dengan berbagai
piranti (garam, daun waru, benang dan jarum, uang, bunga serta beberapa bumbu
tradisional), diberi lampu untuk penerangan serta ditaburi bunga.
g.
Kepala depan bayi (ubun-ubun) diberi
bawang merah agar bayi sehat dan mata bayi bisa bening.
h. Pemakaikan
krim/bedak dingin yang terbuat dari beras dan bumbu-bumbu tradisional diseluruh
tubuh bayi agar tubuh bayi tidak kepanasan.
2.
Daerah
Wirogunan RT 03 RW 02 Kartasura, Sukoharjo
Di
daerah Sukoharjo juga masih terdapat mitos-mitos/ aspek sosial budaya yang
berkaitan dengan bayi baru lahir. Aspek sosial budaya tersebut meliputi :
a. Bayi
baru lahir segera dimandikan bertujuan untuk membersihkan darah yang menempel
pada tubuh bayi . Kemudian dikeringkan menggunakan handuk dan diberi bedak seluruh
tubuh serta diberi minyak telon.
b. Tali
Pusat diberi parutan kunyit yang telah dibungkus kassa supaya cepat puput (kering dan lepas). Biasanya dalam
waktu sekitar 5 hari sudah puput. Pamakaiannya diganti 2 kali sehari.
c. Pemakaian
gerita untuk menahan tali pusat agar tidak bergeser. Pemakaian gerita dilakukan
selama 1 bulan, tetapi ada yang setelah puput
di ganti kaos dalam.
d. Bayi
dipakaikan baju kemudian di bedong supaya hangat.
e. Dipakaikan
kopyah yang diberi bawang lanang, blenge yang dipasangkan dengan peniti. Bertujuan
agar terhindar dari sawan (makhluk halus).
f. Setelah
selesai perawatan tersebut bayi langsung diberi ASI.
g. Ditidurkan
di tempat tidur yang diberi cermin, tebah dan gunting supaya terhindar dari sawan.
h. Perawatan
ari-ari :
i.
Dikubur bersamaan dengan pensil dan
jarum diharapkan supaya bayi tersebut bisa jadi anak yang pintar.
ii.
Untuk bayi perempuan, dipendam di
sebelah kiri pintu utama sedangkan untuk bayi laki-laki di pendam di sebelah
kanan pintu utama. Hal ini bertujuan sebagai lambang.
3.
Daerah Sragen
Di
Sragen masih terdapat aspek budaya
tentang perawatan bayi baru lahir yang masih dipercayai oleh masyarakat
sekitar, meliputi :
a. Bayi
baru lahir harus digedong yang dipercaya dapat membuat tulang kaki bayi lurus
dan kuat untuk berjalan. Jika bayi tidak digedong dipercaya dapat membuat
kaki bayi bengkok
tulangnya.
b. Bayi
baru lahir harus dipakaikan gerita hingga umur 3 bulan dan dilepas jika bayi
mulai dapat tengkurap.
Karena dipercaya dapat membuat perut bayi menjadi tidak melar, dapat menahan
tali pusat sehingga tali pusat tidak menjulur ke bawah, juga untuk kekuatan
tulang bayi karena dipercaya tulang bayi baru lahir masih lembek sehingga harus
dipakaikan gerita .
c. Plasenta
(ari-ari) bayi baru lahir harus dipendam dan diberi lampu diatasnya sampai
plasenta (ari-ari) itu kering. Hal tersebut dipercaya dapat membuat plasenta
(ari-ari) terhindar dari incaran kucing atau anjing untuk dimakan. Ada juga
yang meyakini supaya plasenta (ari-ari) tidak dikerumuni semut.
d. Topi
bayi baru lahir diberi peniti
yang berisi bawang dan blingo (baunya seperti temulawak). Hal tersebut
dipercaya dapat menjauhkan bayi dari setan-setan.
e. Di
samping kamar bayi baru lahir diberi bawang, sapu, pisau dan kembang yang
dipercaya untuk membuang sawan.
f. Bayi
baru lahir setelah magrib hingga setelah isya’ harus dipangku tidak boleh ditidurkan. Hal
tersebut dipercaya supaya bayi tersebut tidak digoda oleh setan karena bayi
fikirannya masih kosong tidak seperti kita yang telah terisi ibadah.
4.
Daerah Gebang, Sukodono, Sragen
Cara perawatan pada bayi baru lahir
didaerah Gebang, Sukodono, Sragen masih dipengaruhi oleh mitos/aspek sosial
yang masyarakat yakini.
a. Riwayat Dukun
i.
Di tolong oleh seorang dukun(mbah rinem).
ii. Dukun
di dusun tersebut dipilih oleh kepala desa untuk menempuh pendidikan dukun
untuk menolong persalinan serta perawatan BBL.
iii. Bekerja
sama dengan Hj. Marsini di tangen gesi sragen.
b. Perawatan
Plasenta
i.
Pada saat BBL plasenta di potong dengan
menggunakan bambu ulung atau kulit bambu yang di tajamkan.
ii.
Plasenta dibersihkan kemudian plasenta
di masukkan di dalam bathok dengan posisi telentang bersama dengan beras, garam, di taburin abu halus tutup dengan
kertas lalu dipendam diberi penerang selama 40 hari. (Tradisi ini dilakukan
sudah sejak zaman nenek moyang hingga sekarang).
c. Perawatan
Tali Pusat
i.
Tali pusat diberi kunir yang dikupas
dicuci, dikeringkan kemudian ditumbuk halus. Digoreng dan diberi injet diaduk
menjadi satu
ii.
Kemudian disimpan di botol. Penggunaannya
menggunakan kapas yang diberi campuran tersebut kemudian ditempelkan di tali
pusat, diganti setiap hari sebagai
pengganti betadine.
iii.
BBL di gerita selama 1 bulan agar perut
bayi tidak bertambah besar.
d.
Sebelum Menengok/ Melihat Bayi
Siapa
pun yang ingin melihat BBL harus menuju ke dapur terlebih dahulu kemudian kaki
diayunkan dihadapkan ke api sebanyak 3 kali.
e. Penangkal
Sawan
Pada
bayi diberi peniti yang terdapat bawang merah, bawang putih dan dlingu. Pada
ibu bawang merah dan bawang putih lanang dan gabah.
5.
Daerah
Depok RT 26, Kedawung, Mondokan
a. Perawatan
Plasenta
Dipendam diberi
penerang dipendam didekat bayi selama bayi belum puput.
b. Perawatan
Tali Pusat
i.
Kunir diparut ditaruh pada tali pusat.
ii.
Dulu menggunakan jarik sebagai pengganti
gurita.
iii.
Hal ini dilakukan agar perut bayi tidak
melebar.Masih dibedong agar tubuh bayi hangat.
c. Perawatan
Ubun-Ubun
Ubun-ubun
bayi diberi parutan atau tumbukan bawang merah, minyak kayu putih, agar tahan
angin.
d. Panangkal
Sawan
Menggunakan
peniti dengan ada bawang merah (tergantung kemauan keluarga). Ketika ada
pengantin, maka pada bayi diberi bedak pengantin agar terhindar dari sawan
(masih berlangsung hingga sekarang)
6.
Karangpelem,
Karanganom, Sukodono, Sragen
a. Perawatan
Plasenta
Plasenta di pendam bila bayi laki-laki
ditaruh disebelah kanan pintu bila permpuan di kiri pintu. Hal ini dilakukan
agar bayi tidak rewel.
b. Perawatan
Tali Pusat
i.
kunir dijemur, dilembutkan, disaring,
ditempelkan pada tali pusat.
ii.
Masih memakai gurita agar perut bayi
tidak besar.
iii.
Bayi dibedong agar hangat, tidak banyak
bergerak dan tidak banyak rewel selama 1bulan.
iv.
Menggunakan gurita tergantung pada
kondisi bayi agar tali pusat tidak hilang selama 1minggu.
c. Penangkal
Sawan
i.
Ubun-ubun diberi bawang putih, bawang
merah, dan dlingu untuk menolak sawan sampai bayi bisa tengkurep atau bisa
menggunakan gelang yang rangkaiannya diselingi bawang putih.
ii.
Pada saat bayi baru lahir bersamaan
dengan adanya pengantin baru maka bayi tersebut diberikan bedak manten.
d. Pemandian
Bayi
i.
Bayi yang belum puput dimandikan pada
saat pagi hari tetapi apabila sudah puput dimandikan pada pagi dan sore hari.
Hal ini dilakukan agar bayi tidak pilek.
ii.
Bayi setelah puput diurut agar bentuk
kepala bagus, tidak rewel, sembuh capeknya.
7.
Daerah
Boyolali
a) Setelah
lahir ari-ari bayi di cuci bersih kemudian di masukkan ke dalam wadah, di beri
garam, bumbu empon-empon, dan bumbu dapur dibungkus kain warna warni (supaya
bayi jika memakai baju selalu cocok),
diberi bunga lalu di tutup, dipendam.
b) Setelah
BBL dimandikan diambilkan degan lalu diberi pada BBL untuk dijilat-jilat supaya
anak tidak cepat rewel, sebagai ganti
bila ASI belum keluar.
c) BBL
harus digedong Karena dipercaya berguna untuk membentuk postur tangan dan kaki
yang lurus dan bagus, kemudian supaya mempercepat proses berjalan dan untuk
menghangatkan tubuh si bayi.
d) Dikamar/didekat
si bayi diberi sapu lidi yang ujung-ujung sapunya diberi cabai, bawang merah,
bawang putih dan sebagainya karena menurut kepercayaannya bahwa sapu lidi diberi
cabai, bawang merah dan sebagainya itu
disebut gaman sewu yang dipercaya bahwa
apabila bayi tersebut akan di ganggu makhluk halus itu tidak bisa karena adanya
benda tersebut.
e) Pada
acara puputan adat yang ada di desa tersebut adalah mbah dukun diberi beras, gula, teh, kinang, dan uang.
f) Apabila
kepala (ubun-ubun) si bayi diberi brambang/bawang merah dan puyang, dipercaya
supaya ubun-ubun si bayi cepat keras.
g) Apabila
ibu setelah melahirkan dijidatnya dikasih pilis karena dipercaya, ibu tersebut
apabila melihat matanya tidak buram.
h) Tali
pusat bayi dikasih njet dan kunyit dipercaya supaya tidak infeksi dan supaya
cepat puput/lepas tali pusatnya.
i)
Apabila seorang bayi baju dan topinya
diberi dingobengkle dan pulo waras maka, dipercaya apabila si bayi tersebut di
ajak bepergian tidak terkena sawan.
j)
Budaya di desa tersebut apabila menengok
BBL harus diam, tidak boleh berbicara sesuatu tentang ibu bayi tersebut karena
dipercaya apabila berbicara tentang ibu bayi apa yang kita bicarakan itu akan
mengenai/imbasnya akan kena ke kita sendiri (contohnya apabila kita berbicara
bahwa payudara si ibu itu besar, nanti kalau kita pulang dari rumah si ibu
tersebut payudara kita akan menjadi sakit).
k) Apabila
ada seseorang yang menikah bayi dimintakan bedak pengantin tersebut di percaya
supaya bayi tersebut tidak terkena sawan dan apabila bayi tersebut perempuan
supaya bayi tersebut cantik seperti pengantin perempuannya dan apabila bayinya
laki-laki supaya ganteng/tampan seperti pengantin laki-lakinya.
l)
Apabila BBL diberi bedak dingin supaya
bulu kalong/bulu halusnya cepat hilang.
m) Rambut
bayi sering digunduli karena dipercaya
bahwa dengan rambutnya digunduli itu kepalanya tidak gatal-gatal.
n) Apabila
akan menengok BBL harus ke dapur terlebih dahulu. Dipercaya supaya apabila ada
sesuatu/makhluk halus yang mengikuti kita tidak ikut ke kamar/tempat bayi
berada karena makhluk halus takut dengan panas api.
B.
Perkembangan
Aspek Sosial Budaya tersebut pada Masa Sekarang
Aspek sosial pada bayi baru
lahir tersebut merupakan kebudayaan yang turun temurun. Budaya tersebut masih
berlangsung hingga saat ini, tetapi
hanya sebagian orang yang melakukannya tergantung pada permintaan keluarga. Hal
tersebut karena masyarakat telah mengikuti perkembangan zaman.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat masih
mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan ada
yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir.
B. Saran
Sebagai masyarakat yang baik seharusnya cermat dalam
memilih perawatan BBL. Aspek-aspek sosial budaya yang membahayakan bagi
kesehatan BBL seharusnya tidak dilakukan.
LAMPIRAN
Biografi
sumber informasi
1.
Daerah
wawancara : Kota Solo
Nama
kecil :
Mbah Salbiyatun
Nama
sekarang : Citro Suparto
Alamat :
Priyobadan, RT 02 RW 02 Timuran, kecamatan banjarsari
Pekerjaan : penjual buah
Nama :
Ibu Supartilah
TTL :
Banyuwangi, 28 Desember 1966
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Anak :4
Alamat : Perum Akasia B 1 Jalan Lampo
Batang Utara, Mojosongo,
2.
Daerah
wawancara : Kota Sukoharjo
Nama :
Ibu Desi
Alamat :
Bonoloyo, Kadipiro, Solo
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Daerah
wawancara : Wirogunan, Kartasura, Sukoharjo
Nama :
Ibu Wahyuni
Alamat :
Wirogunan RT 03 RW 02 kartasura, Sukoharjo
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Nama :
Ibu Jumiyanti
Alamat :
Wirogunan RT 03 RW 02 kartasura, Sukoharjo
Pekerjaan : ibu rumah tangga
3.
Daerah
wawancara : Sragen
Nama :
Ibu Hesti Pratiwi
Alamat :
Karangpandan RT. 05, Sragen
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
TTL :
Sragen, 18 Agustus 1991
Nama
Bayi :
Nayla
Jenis
kelamin bayi : Perempuan
TTL
bayi : 6 Oktober 2012
Nama :
Ibu Nurul
Alamat :
Karangpandan RT. 05, Sragen
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
TTL :
Sragen, 22 November 1991
Nama Bayi :
Olivia
Jenis kelamin bayi :
Perempuan
TTL bayi :
Klaten, 14 Juli 2012
Nama :
Ibu Warti
Alamat :
Karangpandan RT. 05, Sragen
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
TTL :
-
Nama Bayi :
Hafizan Visabila
Jenis kelamin bayi :
laki-laki
TTL bayi :
Sragen, 1 Oktober 2012
4.
Daerah
wawancara : Sukodono
Nama :Mbah Rinem
Usia :±75Th
Alamat : Gebang, Sukodono, Sragen
Alamat : Gebang, Sukodono, Sragen
Nama :
Mbah Darsi
Alamat :
Karangpelem, Karanganom, Sukodono, Sragen
5.
Daerah
wawancara : Kedawung, Mondokan
Nama : Ibu Maryani
Usia :20th
Alamat : Depok RT 26, Kedawung, Mondokan
Alamat : Depok RT 26, Kedawung, Mondokan
6.
Daerah
wawancara : Boyolali
Nama : Ibu SutriAsih
Usia :
: 44
Alamat : Dk. Sukorejo Rt 09/Rw05 Sukorejo, Musuk, Boyolali
Alamat : Dk. Sukorejo Rt 09/Rw05 Sukorejo, Musuk, Boyolali