Makalah ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR - Carinfomu
News Update
Loading...

Monday, 12 January 2015

Makalah ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR




KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul ILMI SOSIAL BUDAYA DASARASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR”.
Terima kasih kepada pembimbing kami Ibu Aulia Kurnianing Putri, SST yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Mengingat penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka kami selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik sehingga makalah ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.






Surakarta,   19 November 2012


Tim Penulis





                                                         

                                                         
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN..………………………………………………………..…..........1
A.  Latar Belakang..………………………………………………………………….1
B.   Rumusan Masalah..……………………………………………………………….2
C.   Tujuan Penulisan ..……………………………………………………………….2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………….3
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………......10
A.  Kesimpulan..……………………………………………………………………..10
B.   Saran…………………………………………………………………………..…10
LAMPIRAN..……………………………………………………………………….11
Biografi Sumber Informasi..……………………………………………………..….11











BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah berbagai perlakuan yang diberikan pada bayi baru lahir yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan bayi.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk itu  seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Terutama yang berkaitan dengan aspek sosial budaya pada bayi baru lahir.
B.      Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir?
2. Apakah dampak positif maupun negatif dari aspek sosial budaya tersebut?


C.     Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui dampak positif maupun negatif dari aspek sosial budaya tersebut.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan Bayi Baru Lahir
Perawatan pada bayi baru lahir merupakan faktor yang menentukan tingkat kesehatan bayi tersebut, terutama perkembangan dan pertumbuhan bayi. Perawatan yang benar serta sesuai dengan standar kesehatan pada dasarnya sangat diperlukan. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan ada yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.
Mitos-mitos tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Daerah Solo
Sebagian besar masyarakat kota solo sudah banyak yang meninggalkan mitos atau aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir. Namun, masih ada beberapa orang yang mempercayai mitos tersebut. Mitos atau aspek budaya yang masih dipercayai dan diyakini yaitu
a.       Bayi dibedong agar hangat dan kaki tidak bengkok.
b.      Pemakaian gerita agar bayi tidak kembung.
c.       Pemakaian gelang yang terbuat dari potongan bangle dan dlingo agar bayi tidak terkena sawan (makhluk halus).
d.      Tali pusat bayi yang telah mengering disimpan untuk digunakan pada saat bayi sakit. Cara pemakaiannya adalah dengan memandikan bayi dengan air rendaman tali pusat.
e.       Pemakaian peniti pada pakaian/topi bayi agar selamat dan terhindar dari sawan.
f.       Ari-ari dipendam bersama dengan berbagai piranti (garam, daun waru, benang dan jarum, uang, bunga serta beberapa bumbu tradisional), diberi lampu untuk penerangan serta ditaburi bunga.
g.      Kepala depan bayi (ubun-ubun) diberi bawang merah agar bayi sehat dan mata bayi bisa bening.
h.      Pemakaikan krim/bedak dingin yang terbuat dari beras dan bumbu-bumbu tradisional diseluruh tubuh bayi agar tubuh bayi tidak kepanasan.

2.      Daerah Wirogunan RT 03 RW 02 Kartasura, Sukoharjo
Di daerah sukharjo juga masih terdapat mitos-mitos/ aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir. Aspek sosial budaya tersebut meliputi :
a.       Bayi dimandikan bertujuan untuk membersihkan darah yang ada pada tubuh bayi.
b.      Dikeringkan menggunakan handuk, kemudian diberi bedak seluruh tubuh dan diberi minyak telon.
c.       Tali Pusat di beri parutan kunyit yang telah dibungkus kassa supaya cepat puput (kering dan lepas). Biasanya dalam waktu sekitar 5 hari sudah puput. Pamakaiannya diganti 2 kali sehari.
d.      Pemakaian gerita untuk menahan tali pusat agar tidak bergeser. Pemakaian gerita dilakukan selama 1 bulan, tetapi ada yang setelah puput di ganti kaos dalam.
e.       Bayi dipakaikan baju kemudian di bedong supaya hangat.
f.       Dipakaikan kopyah yang diberi bawang lanang, blenge yang dipasangkan dengan peniti. Bertujuan agar terhindar dari sawan (makhluk halus).
g.      Setelah selesai perawatan tersebut bayi langsung di beri ASI
h.      Ditidurkan di tempat tidur yang diberi cermin, tebah dan gunting supaya terhindar dari sawan.
i.        Perawatan Ari-ari :
(a)    Dikubur bersamaan dengan pensil dan jarum diharapkan supaya bayi tersebut bisa jadi anak yang pintar.
(b)   Untuk bayi perempuan, dipendam di sebelah kiri pintu utama sedangkan untuk bayi laki-laki di pendam di sebelah kanan pintu utama. Hal ini bertujuan sebagai lambang.

Aspek sosial pada bayi baru lahir tersebut merupakan kebudayaan yang turun temurun. Budaya tersebut masih berlangsung hingga saat ini,tetapi hanya sebagian orang yang melakukannya. Hal tersebut karena masyarakat telah mengikuti perkembangan zaman.




3.      Daerah Sragen
Di daerah Sragen masih terdapat aspek budaya tentang perawatan bayi baru lahir yang masih dipercayai oleh masyarakat sekitar, meliputi :
a.       Bayi baru lahir harus digedong yang dipercaya dapat membuat tulang kaki bayi lurus dan kuat untuk berjalan. Jika bayi tidak digedong dipercaya dapat membuat kaki bayi bengkok tulangnya.
b.      Bayi baru lahir harus dipakaikan gerita hingga umur 3 bulan dan dilepas jika bayi mulai dapat tengkurap. Karena dipercaya dapat membuat perut bayi menjadi tidak melar, dapat menahan tali pusat sehingga tali pusat tidak menjulur ke bawah, juga untuk kekuatan tulang bayi karena dipercaya tulang bayi baru lahir masih lembek sehingga harus dipakaikan gerita .
c.       Plasenta (ari-ari) bayi baru lahir harus dipendam dan diberi lampu diatasnya sampai plasenta (ari-ari) itu kering. Hal tersebut dipercaya dapat membuat plasenta (ari-ari) terhindar dari incaran kucing atau anjing untuk dimakan. Ada juga yang meyakini supaya plasenta (ari-ari) tidak dikerumuni semut.
d.      Topi bayi baru lahir diberi peniti yang berisi bawang dan blingo (baunya seperti temulawak). Hal tersebut dipercaya dapat menjauhkan bayi dari setan-setan.
e.       Di samping kamar bayi baru lahir diberi bawang, sapu, pisau dan kembang yang dipercaya untuk membuang sawan.
f.       Bayi baru lahir setelah magrib hingga setelah isya’ harus dipangku tidak boleh ditidurkan. Hal tersebut dipercaya supaya bayi tersebut tidak digoda oleh setan karena bayi fikirannya masih kosong tidak seperti kita yang telah terisi ibadah.
4.      Daerah Gebang, Sukodono, Sragen
Cara perawatan pada bayi baru lahir didaerah Gebang, Sukodono, Sragen masih dipengaruhi oleh mitos/aspek sosial yang masyarakat yakini.
a.        RIWAYAT DUKUN
i.        Di tolong oleh seorang dukun(mbah rinem).
ii.      Dukun di dusun tersebut dipilih oleh kepala desa untuk menempuh pendidikan dukun untuk menolong persalinan serta perawatan BBL.
iii.    Bekerja sama dengan Hj. Marsini di tangen gesi sragen.

b.      PERAWATAN PLASENTA
                                                  i.            Pada saat BBL plasenta di potong dengan menggunakan bambu ulung atau kulit bambu yang di tajamkan.
                                                ii.            Plasenta dibersihkan kemudian plasenta di masukkan di dalam bathok dengan posisi telentang bersama dengan beras, garam, di taburin abu halus tutup dengan kertas lalu dipendam diberi penerang selama 40 hari. (Tradisi ini dilakukan sudah sejak zaman nenek moyang hingga sekarang).

c.       PERAWATAN TALI PUSAT
                                                  i.            Tali pusat diberi kunir yang dikupas dicuci, dikeringkan kemudian ditumbuk halus. Digoreng dan diberi injet diaduk menjadi satu
                                                ii.            Kemudian disimpan di botol. Penggunaannya menggunakan kapas yang diberi campuran tersebut kemudian ditempelkan di tali pusat,  diganti setiap hari sebagai pengganti betadine.
                                              iii.            BBL di gerita selama 1 bulan agar perut bayi tidak bertambah besar.


d.      SEBELUM MENENGOK/ MELIHAT BAYI
Siapa pun yang ingin melihat BBL harus menuju ke dapur terlebih dahulu kemudian kaki di ayunkan dihadapkan ke api sebanyak 3 kali.

e.       PENANGKAL SAWAN
Pada bayi diberi peniti yang terdapat bawang merah, bawang putih dan dlingu. Pada ibu bawang merah dan bawang putih lanang dan gabah.

Tradisi/ budaya tersebut pada masyarakat masih ada yang menerapkankan ada pula yang tidak menerapkan tergantung pada permintaan keluarga.

5.      Daerah : DEPOK RT 26, KEDAWUNG, MONDOKAN
a.       PERAWATAN PLASENTA
Dipendam diberi penerang dipendam didekat bayi selama bayi belum puput.
b.      PERAWATAN TALI PUSAT
                                              i.            Kunir diparut ditaruh pada tali pusat.
                                            ii.            Dulu menggunakan jarik sebagai pengganti gurita.
                                          iii.            Hal ini dilakukan agar perut bayi tidak melebar.Masih dibedong agar tubuh bayi hangat.
c.       PERAWATAN UBUN-UBUN
Ubun-ubun bayi diberi parutan atau tumbukan bawang merah, minyak kayu putih, agar tahan angin.
d.      PENANGKAL SAWAN
Menggunakan peniti dengan ada bawang merah (tergantung kemauan keluarga). Ketika ada pengantin, maka pada bayi diberi bedak pengantin agar terhindar dari sawan (masih berlangsung hingga sekarang)

6.      KARANGPELEM, KARANGANOM, SUKODONO, SRAGEN
a.       PERAWATAN PLASENTA
Plasenta di pendam bila bayi laki-laki ditaruh disebelah kanan pintu bila permpuan di kiri pintu. Hal ini dilakukan agar bayi tidak rewel.
b.      PERAWATAN TALI PUSAT
·         kunir dijemur, dilembutkan, disaring, ditempelkan pada tali pusat.
·         Masih memakai gurita agar perut bayi tidak besar.
·         Bayi dibedong agar hangat, tidak banyak bergerak dan tidak banyak rewel selama 1bulan.
·         Menggunakan gurita tergantung pada kondisi bayi agar tali pusat tidak hilang selama 1minggu.
c.       PENANGKAL SAWAN
·         Ubun-ubun diberi bawang putih, bawang merah, dan dlingu untuk menolak sawan sampai bayi bisa tengkurep atau bisa menggunakan gelang yang rangkaiannya diselingi bawang putih.
·         Pada saat bayi baru lahir bersamaan dengan adanya pengantin baru maka bayi tersebut diberikan bedak manten.
d.      PEMANDIAN BAYI
·         Bayi yang belum puput dimandikan pada saat pagi hari tetapi apabila sudah puput dimandikan pada pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan agar bayi tidak pilek.
·         Bayi setelah puput diurut agar bentuk kepala bagus, tidak rewel, sembuh capeknya.

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
Our site is getting a little tune up and some love
Done