SEJARAH KB DI INDONESIA - Carinfomu
News Update
Loading...

Saturday, 28 November 2015

SEJARAH KB DI INDONESIA



Gerakan keluarga berecana atau KB yang kita kenal sekarang ini dipelopori oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun luar negeri. Pada awal abad ke 19 di Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang mearuh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris. Di Amerika serikat di kenal Margareth Sanger (1883-1996) dengan program Birth Controlnya yang merupakan pelopor kelompok keluarga berencana modern. Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan Konferensi Nasional Amerika tentang pengontrolan Kehamilan dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasikan Konferensi Internasional di New York yang menghasilkan pembentukan International Federation Of  Birth Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth Sanger menyelenggarakan Konferensi Populasi Dunia di Janewa yang melahirkan International Woman For Scientific Study On Population dan International Medical Group For the Investigation Of Contraception. Pada 1948 Margareth Sanger ikut mempelopori pembentukan Komite International Keluarga Berencana yang dalam Konferensi di NewDelhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Ramaran dari India Sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpuan keluarga berencana di seluruh dunia termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Sebelum PKBI didirikan di Indonesia sudah banyak usaha-usaha untuk membatasi kelahiran secara individual. Diantara pelopor Keluarga Berencana itu adalah Dr. Sulianti Saroso dari Yogyakarta, pada 1952 beliau menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran mengingat angka kematian bayi yang cukup tinggi. Banyak tantangan yang dihadapi oleh Dr.Sulianti Saroso antara lain gabungan organisasi wanita Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah waktu itu.
Di Jakarta, perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan FKUI/RSUP (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh tokoh-tokoh seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanifa Wiknjosastro, Dr. Koens.Martiono, Dr.R.Soeharto, dan Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan Keluarga Berencana dilakukan secara diam-diam di poliklinik kebidanan FKUI/RSUP. Setelah mengadakan hubungan dengan IPPF serta mendapatkan dukungan dari para pelopor keluarga berencana setempat, pada  20 Desember 1957 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) resmi berdiri, dengan Dr. R. Soeharto sebagai ketua. Dalam kepengurusan PKBI, dilibatkan pola tokoh-tokoh non medis seperti Nani Suwondo, SH., Ny. Sjamsuridjam, dan lain-lain. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu mengatur kehamian atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan, memberi nasehat perkawinan. Kegiatan pelayanan dan penerangan masih dilakukan secara terbatas, hal ini mengingat masih banyaknya kesulitan dan hambatan terutama KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan KB.
Pada Januari 1967 diadakan simposium kontrasepsi di Bandung dan dengan demikian berita mengenai kontrasepsi diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa. Pada Februari 1967 diadakan konggres PKBI pertama yang antara lain agar keluarga berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan. Pernyataan PKBI sangat tepat pada waktunya, karena pada 1967 ini Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi kependudukan Sedunia bersama 30 kepala negara lainnya. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sidikin menganggap sudah waktunya kegiatan KB dijalankan secara resmi di Jakarta dengan menyelenggarakan proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta.
Berdirinya LKBN  pada November 1968 yang dalam menjalankan tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perkembangan keluarga berencana di Indonesia adalah masuknya program KB itu ke dalam repelita I dan berdirinya Badan Koordinasi Keluarga Berenca (BKKBN) melalui keputusan Presiden RI nomer 8 tahun 1970, menggantikan LKBN. Struktur BKKBN yang merupakan Badan Koordinasi dan bukan merupakan bagian dari departemen kesehatan memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini memungkinkan program melepaskan diri dari pendekatan klinis yang jangkauannya terbatas. Wadah ini memungkinkan pula peranan para pakar non medis dalam menyukseskan program KB di Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. 
Organisasi BKKBN terus dikembangkan dan disempurnakan melalui konggres Prsiden RI no.33 tahun 1972, no.38 tahun 1978, dan no.1983. [1]


DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Nardho. Dkk.1996. Buku Pedoman Petugas Fasilita Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : departemen kesehatan RI h. 1
Sastrawan, sulaiman. 1980. Teknik Keluarga Berencana. Bandung : Elstar Offset. H. 16-17
Setya Arum, Dyah Noviawati dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogyakarta : Nuha Offset
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika halaman 8-9



[1] Ari, Sulistyawati. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika h. 8-9

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
Our site is getting a little tune up and some love
Done